Langsung ke konten utama
Sistem Informasi Keberadaan Ikan pada Kementerian Kelautan

Dalam kegiatan penangkapan ikan, pertanyaan klasik yang sering kali mencuat adalah di mana ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap dalam jumlah cukup besar. Pertanyaan penting itu perlu dijawab. Apalagi, usaha penangkapan dengan mencari habitat ikan yang tidak menentu (asal-asalan) menimbulkan risiko tinggi, yaitu pemborosan BBM, waktu, dan tenaga nelayan.
Dengan mengetahui di mana ikan bisa ditangkap dalam jumlah besar, tentu biaya operasi penangkapan bisa dihemat. Salah satu solusi terbaik adalah mengombinasikan kemampuan SIG dan pengindraan jauh kelautan. Dengan teknologi pengindraan jauh, faktor-faktor lingkungan laut yang memengaruhi distribusi, migrasi, dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat, dan dengan cakupan area yang luas.
Faktor lingkungan tersebut, antara lain, menyangkut suhu permukaan laut (SST), tingkat konsentrasi klorofil, perbedaan tinggi permukaan laut, arah dan kecepatan arus, serta tingkat produktivitas primer. Ikan dengan mobilitas yang tinggi akan lebih mudah dilacak di suatu area melalui sistem teknologi informasi. Hal ini dikarenakan ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu, seperti arus pusaran dan daerah front gradient pertemuan dua massa air yang berbeda, baik salinitas maupun suhu.
Pengetahuan dasar yang dipakai sebagai basis sistem informasi adalah pengkajian hubungan antara spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil kajian tersebut akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Selanjutnya, output yang didapatkan dari indikator oseanografi yang bersesuaian dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG.
Data indikator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai lapisan pada SIG karena ikan sangat mungkin merespons bukan hanya pada satu parameter lingkungan, tetapi berbagai parameter yang saling berkaitan. Dengan kombinasi SIG, pengindraan jauh dan data lapangan akan memberikan banyak informasi spasial, misalnya di mana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang produktif, serta kapan musim panen ikan yang paling efektif. Ikan tuna
Sebagai gambaran, signifikansi penggunaan SIG adalah kegiatan atau proyek penangkapan ikan tuna di Laut Pasifik. Dalam proyek itu pada prinsipnya ada dua basis data (satelit dan perikanan tuna), lalu dikombinasikan dalam mengembangkan spasial analisis daerah penangkapan ikan tuna. Biasanya ada empat lapis data yang diintegrasikan, yaitu suhu permukaan laut (NOAA/AVHRR), tingkat konsentrasi klorofil (SeaWiFS), perbedaan tinggi permukaan air laut (SSHA), dan eddy kinetik energi (EKE) (AVISO).
Parameter pertama dipakai karena berhubungan dengan kesesuaian kondisi fisiologi ikan dan termoregulasi untuk ikan tuna. Parameter kedua dapat menjelaskan tingkat produktivitas perairan yang berhubungan dengan kelimpahan makanan ikan. Parameter ketiga berhubungan dengan kondisi sirkulasi air daerah yang subur, seperti eddy dan upwelling. Adapun parameter terakhir berhubungan dengan indeks untuk melihat daerah subur dan kekuatan arus yang mungkin memengaruhi distribusi ikan. Data penangkapan ikan tuna diplot pada peta lingkungan yang dibangkitkan dari citra satelit.
Setiap spesies ikan mempunyai karakteristik oseanografi kesukaan masing-masing dan cenderung menempati daerah tertentu yang bisa dipelajari atau dibuat permodelannya. Hal tersebut bisa dilakukan dengan pendekatan teknologi SIG. Basis data semestinya menjadi isu penting dalam mengembangkan produksi perikanan tangkap negeri ini yang sedang stagnan.
Basis data itu juga sangat penting untuk mengetahui secara persis berapa sebenarnya potensi stok ikan yang kita miliki, di mana saja ikan tersebut bisa ditangkap, dan kapan bisa dipanen secara melimpah.

Sistem ini bersifat adaptive karena memerlukan pembaharuan setiap saat mengingat faktor yang mempengaruhi merupakan alam yang selalu berubah-ubah

 Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2010/04/22/1139002/sistem.informasi.kelautan.dan.perikanan

Komentar